Selasa, 02 Februari 2010

Lima Syarat menjadi Pesilat Tangguh

“Apa yang menjadikan seorang pesilat juara?” Ini adalah pertanyaan yang sering muncul di benak kita.

Untuk meraih keberhasilan di dunia olahraga pencak silat, menjadi kuat saja tidak cukup; Anda juga butuh teknik. Tetapi, teknik yang tajam juga tidak cukup; anda butuh strategi untuk meraih kemenangan. Tetapi fisik, teknik, dan strategi saja masih belum bisa mengantarkan anda menjadi juara; anda juga harus mempunyai etika, atau sopan santun pada orang-orang di sekitar anda; kemudian ada satu faktor terakhir yang sifatnya tak kasat mata: yaitu keberuntungan (luck).
Seorang pesilat yang tangguh harus meyakini bahwa kelima hal tersebut--fisik, teknik, strategi, etika dan luck--adalah lima hal yang menentukan seorang pesilat mejadi juara. Pertama kali saya mendengar teoi ini dari mas Edi Suhartono, kemudian saya berkali-kali mendengar orang lain membenarkannya, dan dalam pertandingan juga terbukti kebenarannya.

  • Fisik

    Fisik adalah faktor yang penting bagi seorang pesilat. Namanya saja olahraga pencak silat, jadi tentu tubuh harus terlatih. Kenyataannya, kau tidak bisa bergerak lincah bila flexibility, agility, dan speed-mu jelek; tendangan dan pukulanmu tidak akan keras bila otot-ototmu lemah dan explosive powermu jelek. Kau juga tidak bisa bertahan bila staminamu jelek. Dan jangan lupa, kategori tanding adalah olahraga kontak dimana tubuhmu banyak berbenturan dengan lawan, maka bila fisikmu lemah maka kau tidak akan tahan. Mungkin tanpa fisik yang terlatih kau masih bisa menang, tetapi belum tentu juara. Pencak silat memberlakukan sisitem gugur dimana sekali kalah, pesilat tersebut tidak bisa melangkah ke babak berikutnya. Ditambah perkembangan peraturan pertandingan saat ini yang menuntut pesilat untuk memiliki kondisi fisik yang baik.
  • Teknik
    Teknik yang bagaimanakah yang dibutuhkan untuk menjadi juara? Itu adalah teknik yang tajam. Seorang pesilat bisa saja melakukan teknik yang bermacam-macam, tetapi belum tentu menguasainya. Untuk menguasai suatu teknik, ia harus mengulang-ulang teknik itu ratusan hingga ribuan kali. Ulangan yang berkali-kali akan membentuk skill (keterampilan); kemudian, apabila dari ulangan itu teknik dapat keluar secara otomatis dalam pertandingan, artinya skill telah berkembang menjadi refleks.
    Satu hal yang tak kalah penting untuk menguasai teknik adalah penghayatan seorang pesilat terhadap gerakan tersebut. Artinya, ketika kita bergerak, kita tidak hanya sekedar bergerak, namun juga melibatkan seluruh perasaan. Mas Edi pernah berkata bahwa dalam berlatih, anggaplah punching pad atau sansak adalah lawan. Hadapilah seperti kita menghadapi lawan. Itulah penghayatan. Karena di gelanggang, lawan kita tidak hanya bergerak kesana kemari dan membalas, namun juga bisa berpikir.
    Para pesilat juara yang saya kenal, mereka tidak menguasai bermacam-macam teknik, tetapi mereka hanya menguasai beberapa teknik sebagai senjata andalan.


  • Strategi
    Teknik yang kita miliki telah ditunjang oleh fisik yang baik, dan sudah terasah menjadi refleks. Namun kita juga harus paham cara menggunakannya untuk meraih kemenangan. Itulah strategi. Strategi adalah cara-cara yang diterapkan untuk meraih kemenangan. Strategi haruslah fleksibel menyesuaikan kondisi pesilat dan kondisi lawan. Strategi bisa bermacam-macam, mulai dari yang bersih hingga yang "kotor", namun itu disebut strategi selama tujuannya untuk menang.
    Strategi membutuhkan kecerdasan (intelegensi) dan kecerdasan ini bisa dilatih. Caranya adalah banyak menyaksikan pertandingan, baik itu di gelanggang atau rekaman video dan VCD. Jangan hanya menonton serunya, siapa yang menang atau kalah: analisalah secara mendalam. Coba hitung poinnya. Amati pola permainannya. Serangan apa yang digunakan, dari posisi bagaimana, mengapa sudut biru yang menang, merah yang kalah, atau sebaliknya? Cobalah berdiskusi dengan pelatih atau teman berlatih.
    Strategi tidak hanya mencakup permainan di gelanggang, tetapi juga melingkupi seluruh pertandingan sejak kita tiba di tempat pertandingan sampai pertandingan berakhir. Lawan bisa saja melakukan berbagai cara untuk membuat kita gagal. Cara terbaik melindungi diri dari strategi semacam ini adalah: tetap fokus pada pertandingan, bersikap waspada terhadap diri sendiri, dan berdoa.
  • Etika
    Etika adalah masalah sopan santun; dan perilaku sopan santun sangat penting dalam olahraga pencak silat. Bila kita mengamati peraturan pertandingan pencak silat, akan terlihat bahwa peraturan ini sangat menjunjung tinggi etika. Harus menghormat saat memasuki gelanggang, tidak boleh mengeluarkan suara mulut, dilarang mengeluarkan kata-kata atau gerakan yang memancing emosi, menederai lawan dengan sengaja, dsb. Ini menunjukkan bahwa--sedikit banyak—olahraga pencak silat mengkondisikan para atlitnya untuk bersikap sopan santun. Bila kita renungkan, pencak silat memang berakar dari budaya timur yang luhur yang mengutamakan kesopanan dan kerendahhatian. Sehingga tidak aneh bila etika adalah salah satu syarat menjadi juara.
    Sopan satun ini tidak hanya di dalam gelanggang, tetapi juga berlaku di luar gelanggang. Sopan santun berarti menjaga hubungan baik dengan sesama. Baik itu dengan pelatih, manajer, rekan setim, wasit dan juri, bahkan lawan. Tidak perlu banyak omong atau mengobrol, senyum saja sudah cukup.
  • Luck / keberuntungan
    Inilah satu faktor terakhir yang kita butuhkan untuk menjadi juara. Ini adalah luck, atau keberuntungan. Ada yang mengatakannya dengan istilah “nasib”. Faktor ini tidak bisa dijelaskan dan sulit diramalkan, bahkan sebaiknya pesilat tidak membicarakan masalah “nasib’ dalam pertandingan. Ini adalah faktor yang ditentukan oleh Tuhan yang Maha Kuasa. Karena yang mengatur “nasib” adalah Tuhan, maka pada saat bertanding banyak-banyaklah tirakat dan berdoa.
    Itulah lima hal yang menjadi syarat untuk menjadi juara. Kelima hal ini memang mudah untuk dikatakan, tetapi prakteknya cukup sulit; baik atlit maupun pelatih harus memahami dan mengupayakan kelima hal ini untuk meraih prestasi terbaik.
    Semoga bermanfaat untuk saudara-saudara sekalian!

contributed by: Kurniati RahayuniS.Psi http://shteratemlg.multiply.com/

Tidak ada komentar: